Tuesday 24 July 2012

Sebuah Tempat Antara Kesedihan dan Kebahagiaan

Cairo International Airport

Kedatangan dan keberangkatan, tawa kebahagiaan dan tangis kesedihan selalu mewarnai tempat yang satu ini. Bagi sebagian orang Bandar udara merupakan tempat yang penuh bahagia namun secara kontras bagi sebagian lainnya merupakan tempat yang penuh dengan kesedihan.
Bandara juga selalu identik juga dengan ketegangan sa'at para penumpang harus menunjukkan dokumen-dokumen perjalanannya seperti passport, tiket penerbangan hingga visa. Selain itu ketegangan juga sering terjadi sa'at para penumpang yang memiliki barang bawahan yang melebihi batas maksimum harus bernegosiasi dengan petugas. Selalu saja prosedur-prosedur ini membuatku tegang, walaupun aku memiliki dokumen yang lengkap dan barang bawaan yang tidak melebihi batas maksimum.
Pemandangan berbagai ras manusia mewarnai terminal transit, dari Asia, Eropa, Afrika hingga Cina. semuanya berbaur dengan berbagai ragam bahasa dan penampilan. Ada yang sibuk menghabiskan waktu di Cafe dengan menenggak bir namun juga ada yang khusyuk membaca Al-qur'an. Kontras bukan ? Usia manusiapun beragam, mulai dari balita hingga orang-orang lanjut usia. 

Kali ini aku kembali transit di bandara internasional Kairo untuk beberapa kalinya dalam perjalananku yang panjang dari Berlin menuju Kuala Lumpur. Momen yang pernahku alami kini kembali kualami, namun sa'at ini yang kurasakan adalah kebahagiaan, yup kebahagiaan karena insya Allah akan bertemu dan berkumpul kembali dengan orang-orang tercinta dalam hidupku. Namun tempat ini juga mengingatkan kembali ingatanku tentang perasaan sedih sa'at aq transit untuk meninggalkan orang-orang tercinta di kampung halaman menuju tanah bavaria, Jerman untuk berjihad, iya berjihad untuk menuntut ilmu di negeri jantungnya Eropa.

Ibarat sebuah transit, begitulah kehidupan kita di dunia ini. Ada kelahiran yang dirayakan dengan cuka cita, namun ada saudara kita yang lain sedang berduka karena kepergian orang yang di cintai. Ada pemeriksaan dokumen perjalanan ibarat catatan amalan kita sedang di periksa oleh malaikat. Pengumuman keberangkatan dengan nomor penerbangan dan tujuan yang berbeda ibarat tujuan final manusia menuju ke surga atau ke neraka.

Ada permulaan dan ada akhiran, ada kelahiran dan sebuah kematian merupakan hal yang absolut. Semua yang bernyawa akan mendapatinya. Kita sedang transit di sebuah terminal yang bernama "Bandara Dunia" setiap sa'at selalu penuh dengan kedatangan dan kepergian. Tunggu dan dengarkan saja dengan seksama nomor penerbangan anda selanjutnya, semoga segala sesuatunya telah siap baik dokumen-dokumen dan barang bawaan anda. Semoga kita semua selamat hingga sampai di kampung halaman yang bernama "Kampung Syurga". Amin.

Cairo, 25 July 2012



Saturday 21 July 2012

Sintingnya Seorang Seniman

Djoko Pekik

kalau pada postingan sebelumnya berkiash tentang kesintingan yang erat dengan orang jenius, maka tidak ada yang akan membantah kalau seniman yang paling sering berkawan dengan kesintingan.

Alkisah seorang seniman dari nusantara yang bernama Djoko Pekik pernah melakoni kesintingan yang edan atau kalau mau di balik menjadi ke edanan yang sinting,.. (sama saja hehe,.. sama-sama sinting dan edan).

Djoko Pekik Lahir di Purwodadi, pada 1937, ia merupakan salah satu seniman yang dikenal dengan karya-karyanya yang kritis terhadap situasi politik di negara ini. Ia pernah merasakan dinginnya ruang penjara selama tujuh tahun, sejak 8 November 1965 sampai dengan tahun 1972 sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan. Itu adalah kenangan pahit yang tak mudah dilupakannya.

Berburu Celeng



Karya nya yang berjudul Indonesia 1998 Berburu Celeng (1998). Lukisan ini dibuat Djoko saat rezim Orde Baru digoyang. Sebuah lukisan yang menggambarkan bagaimana semua orang beramai-ramai memburu celeng. Bahkan, setelah ditangkap, celeng itu pun dikeler bersama-sama pula. Lukisan ini terjual dengan harga satu milyar yang membuat ia dijuluki seniman satu milyar. Konon kata berita-berita setelah terjual dengan harga satu milyar ia sempat membeli sebuah bus Mercedes Benz berukuran sedang. setiap pagi ia menikmati sarapan pagi di dalam bus tersebut sambil mendengarkan siaran radio. Busnya cuma parkir di halaman rumahnya. Sewaktu ditanya kenapa tidak jalan-jalan dengan mengendarai bus tersebut, ia menjawab karena ia tidak bisa mengendarai bus.


Ternyata kekayaan mendadak seorang seniman berbeda tipis dengan kesintingan. Dasar sinting!..

Orang Jenius Erat Dengan Kesintingan


Siapa yang tidak kenal Thomas Alva Edison? salah seorang penemu terbesar abad lalu. Dalam hidupnya ia mengantongi 3.000 paten penemuan ilmiah. lelaki kelahiran 11 februari 1847 ini tinggal di sebuah rumah besar dengan dikelilingi pagar besi. para tamu yang akan masuk ke halaman rumahnya harus membuka pintu gerbang besi yang amat berat, dan kemudian menutupnya kembali sampai benar-benar tertutup.

Sebagai ilmuwan produktif yang banyak membuat penemuan baru, tentu ia banyak dikunjungi  tamu. Apalagi ia pernah memiliki pabrik dan laboratorium dengan 300 karyawan. Suatu ketika, seorang teman dekatnya mengeluh kepada Edison, betapa ia harus menguras banyak tenaga setiap kali membuka dan menutup gerbang rumah Edison.

Dengan mengedipkan ekor matanya, Edison lalu mengantarkan sang teman naik tangga menuju ruangan di atap rumahnya. Di sana terdapat alat-alat mekanis rumit yang terdiri atas beberapa pengungkit besi, kerekan dan pompa-pompa. Sang teman terheran-heran, apa maksud tuan rumah mngajaknya ke ruang tersebut.

"Engkau pasti tidak tahu", ujar Edison, "setiap kali ada orang yang membuka dan menutup pintu gerbang depan, maka secara otomatis akan memompa satu galon air ke dalam bak penampungan air di sini".

Itulah kelebihan seorang Thomas Alva Edison. Benar kata Aristoteles, tidak ada orang yang jenius tanpa diwarnai dengan kesintingan.

(sumber: Motivasi Net)

Wednesday 18 July 2012

Berani Mencoba


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun? "ha?", kata jam terperanjat, "mana sanggup saya".
"Hmm, bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh ribu empat ratus kali??" Dengan jarum yang ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.
"bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali? Banyak sekali itu?" Tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu sangupkah kau berdetak satu kali saja setiap detik?" "Nah,, kalau begitu aku pasti sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali dalam setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak sebanyak 31.104.000 kali..

(Sumber : Motivasi Net)



Tuesday 17 July 2012

Menaklukkan Sang Penghalang



Pernahkah anda bayangkan jika ada seseorang yang mencemooh cita-cita anda? atau menghalangi setiap aktifitas anda sehari-hari atau bahkan orang tersebut merusak semua skedul dan perencanaan hebat anda? 

Apa reaksi anda jika orang ini benar-benar hadir di hadapan anda setelah ia melakukan semua hal buruk tadi? apakah anda akan tertawa bersamanya merayakan keberhasilan ia dalam merusak semua harapan anda? atau anda menangis mengakui kelemahan anda dan menyerah padanya? atau anda akan menantangnya dan meminta pertanggung jawaban dari dia atas semua hal buruk yang telah dilakukannya terhadap anda?

Namun pernahkah terlintas di pikiran anda jika orang tersebut ternyata diri anda sendiri? Bisa jadi diri anda sendirilah yang telah mencemooh cita-cita besar anda, menghalangi aktifitas-aktifitas positif anda bahkan menghancur leburkan perencanaan anda. Sering kita membayangkan kelemahan, ketakutan-ketakutan dan ketidakmampuan kita dalam meraih hal-hal besar, padahal itu semua hanyalah imajinasi-imajinasi yang anda ciptakan sendiri.

Mari, jemputlah cita-cita besar anda!..

Dessau, 18 Juli 2012