Saturday 25 May 2013

Herbst in Dessau 2011

Dedaunan menguning jatuh berguguran, menutupi tanah jalan setapak.
Sinar mentari menyelinap di antara reranting dan cabang pohon.
Kabut putih tipis menjamah tubuh-tubuh menggigil.
Semuanya mengikuti titah tuhannya untuk menunjukkan fitrahnya masing-masing yang tak terpisahkan, sebagaimana garam yang mustahil berpisah dengan asin, sebagaimana pula gula yang mustahil berpisah dengan manis.
Entah apa-apa..(edisi sok jadi penyair..hehe)

Monday 6 May 2013

Berharap Makna Dari Kekosongan..

Sebenarnya aku ingin menghubungkan titik-titik imajiner itu menjadi rangkaian garis-garis yang kasat mata. Perisinggungan garis-garis berharap membentuk bidang dan ruang. Imaji-imaji itu terangkum jelas dalam benakku dan sepertinya harus segera diwujudkan.

Butuh kematangan dalam bersikap agar semua itu tidak lahir secara sembarang tanpa perencanaan yang matang. Tindakan sederhana namun proporsional lebih berguna daripada aksi sporadis yang kesannya lebih hebat dan meyakinkan.

Proses kreatif lebih berarti daripada melakukan hal-hal secara monoton dan linear. Ini bukan tentang banyaknya hasil namun ini adalah tentang makna yang digali dari kekosongan. Pada akhirnya ini akan terbuktikan oleh detik-detik waktu dan hadirnya manfaat bagi mereka, bagi kita dan bagiku.

Dessau, 06/05/13
lagi panik dikejar deadline thesis..

Saturday 4 May 2013

Berlin in Black and White

Cuma postingan hasil jeprat-jepret di Berlin dalam versi "buta warna" alias Black and White (BW) atau hitam putih. 

Kota sebagai salah satu hasil peradaban manusia selalu saja memiliki berbagai macam hal menarik untuk dieksploitasi oleh kamera. Banyak hal yang bisa diceritakan oleh sebuah foto, mulai dari bukti sejarah, Arsitektur hingga pola kehidupan warga warganya.

Dari bidikan kamera saya sebagai berikut, saya mencoba mengambil sudut pemotretan yang mencoba menampilkan kekontrasan sebuah kota besar dengan suasana kekosongan dan sepi.

Thursday 2 May 2013

Menemukan Tuhan...

Suatu saat seseorang merasakan pengalaman luar biasa tatkala ia baru pertama sekali terbang bersama burung besi yang bernama pesawat terbang. Pandangannya tak henti merekam setiap detail bentuk awan-awan putih menggulung dengan latar belakang langit biru yang kontras, begitu juga cembung gunung dan ceruk lembah jauh di bawah sana yang menghijau.
Ada rasa takjub yang merayap dalam jiwanya dan mendorong hatinya untuk memuji kebesaran dan keagungan Allah Ta'ala, namun tatkala aku merasakan goncangan-goncangan pada pesawat saat mengalami turbulensi akibat cuaca yang kurang baik maka muncullah rasa takut dan cemas dalam hatinya, seketika rasa bahagianya sirna. Ia menemukan dirinya menjadi sosok manusia yang kecil dan tidak berdaya. Batas antara hidup dan matinya ternyata tipis sekali saat itu, diapun menyerahkan hidup dan matinya hanya pada ketentuan Allah Ta'ala